Sabtu, 06 Agustus 2016

Pendekatan Terapi bagi Anak dengan Autisme

Pandangan sebagian besar masyarakat terhadap Autisme terkadang akan membuat sang anak mengalami stigma sepanjang hidupnya. Autisme bukanlah gangguan kejiwaan atau kegilaan. Perkembangan stigma seperti ini dipengaruhi oleh cara berpikir klinis medis yang mengangap anak dengan Autisme memiliki gangguan sehingga harus segera diberikan pengobatan.

Namun sejak beberapa dekade terakhir ini, autisme dipandang sebagai gangguan perkembangan yang perlu segera diidentifikasi dan diberikan intervensi. Hal ini telah menjadi suatu kesepakatan internasional yaitu para tenaga kesehatan mental di seluruh dunia telah membuat kesepakatan untuk memahami Autisme dalam konteks perkembangan anak.


Autisme muncul pada awal masa perkembangan anak dan gejala tersebut dapat bertahan sepanjang hidup anak. Oleh karena itu, pendekatan perawatannya haruslah membantu perkembangan berbagai kemampuan anak pada berbagai dimensi perkembangan (misal: bahasa, sosial, motoris, dan sebagainya). Maka, stimulasi dini menjadi jawaban untuk membantu anak dengan Autisme agar anak segera mendapatkan stimulasi perkembangan dini. Hal tersebut dapat membantu perkembangan kemampuan belajarnya; baik dalam proses belajar melakukan kontak sosial, belajar berbahasa dan mengatur perilakunya.

Proses membantu anak dengan Autisme juga perlu dilakukan secara komprehensif dan  dibantu profesional dari berbagai bidang ilmu, seperti:
1.    Terapis wicara: untuk membantu merangsang dan meningkatkan kemampuan berbicara dan berbahasa.
2.    Terapis okupasi: untuk membantu merangsang dan meningkatkan kemampuan motoris kasar dan halus, terutama dalam membantu kemampuan belajar (menulis) dan merawat diri (mandi, berpakaian).
3.    Terapis psikologi dan perilaku: untuk membantu mengembangkan pengelolaan perilaku, mempersiapkan kesiapan belajar dan penyesuaian diri anak di lingkungannya (rumah, sekolah), juga membantu orang tua mempersiapkan anak menghadapi berbagai perubahan.
4.    Pendekatan pendidikan: membantu mempersiapkan sarana dan prasarana, juga strategi belajar yang mendukung anak untuk belajar.

Karena adanya perbedaan gejala dan karakteristik Autisme pada masing-masing anak, maka penting digarisbawahi bahwa bantuan pada anak dengan autisme harus diberikan secara individual. Masing-masing anak perlu dipahami kelebihan dan kesulitannya, barulah akan didesain bantuan pada masing-masing anak secara individual. Tidak ada satu program yang bisa dibuat untuk banyak anak dengan autisme. Berbagai disiplin ilmu dapat bekerjasama dalam memberikan layanan dan membentuk suatu program perawatan dan pendidikan anak dengan autisme. Oleh karena itu, berbagai pihak termasuk orang tua, tenaga kesehatan, sekolah serta masyarakat perlu bersama-sama bekerjasama untuk mendukung usaha perawatan dan mendukung perkembangan anak dengan autisme.

Referensi:
112.000 Anak Indonesia Diperkirakan Menyandang Autisme, Republika Online . 

Handsout Workshop on Autism. Autism Association of Western Australia.

Sumber:
FB Emak Cibi

Edited by Mery

Tidak ada komentar:

Posting Komentar