Pandangan sebagian besar masyarakat terhadap Autisme
terkadang akan membuat sang anak mengalami stigma sepanjang hidupnya. Autisme
bukanlah gangguan kejiwaan atau kegilaan. Perkembangan stigma seperti ini
dipengaruhi oleh cara berpikir klinis medis yang mengangap anak dengan Autisme
memiliki gangguan sehingga harus segera diberikan pengobatan.
Namun sejak beberapa dekade terakhir ini, autisme dipandang
sebagai gangguan perkembangan yang perlu segera diidentifikasi dan diberikan
intervensi. Hal ini telah menjadi suatu kesepakatan internasional yaitu para
tenaga kesehatan mental di seluruh dunia telah membuat kesepakatan untuk
memahami Autisme dalam konteks perkembangan anak.
Autisme muncul pada awal masa perkembangan anak dan gejala
tersebut dapat bertahan sepanjang hidup anak. Oleh karena itu, pendekatan
perawatannya haruslah membantu perkembangan berbagai kemampuan anak pada
berbagai dimensi perkembangan (misal: bahasa, sosial, motoris, dan sebagainya).
Maka, stimulasi dini menjadi jawaban untuk membantu anak dengan Autisme agar
anak segera mendapatkan stimulasi perkembangan dini. Hal tersebut dapat
membantu perkembangan kemampuan belajarnya; baik dalam proses belajar melakukan
kontak sosial, belajar berbahasa dan mengatur perilakunya.
Proses membantu anak dengan Autisme juga perlu dilakukan secara komprehensif dan dibantu profesional dari berbagai bidang ilmu, seperti:
1. Terapis wicara: untuk membantu merangsang dan
meningkatkan kemampuan berbicara dan berbahasa.
2. Terapis okupasi: untuk membantu merangsang dan
meningkatkan kemampuan motoris kasar dan halus, terutama dalam membantu
kemampuan belajar (menulis) dan merawat diri (mandi, berpakaian).
3. Terapis psikologi dan perilaku: untuk membantu
mengembangkan pengelolaan perilaku, mempersiapkan kesiapan belajar dan
penyesuaian diri anak di lingkungannya (rumah, sekolah), juga membantu orang
tua mempersiapkan anak menghadapi berbagai perubahan.
4. Pendekatan pendidikan: membantu mempersiapkan
sarana dan prasarana, juga strategi belajar yang mendukung anak untuk belajar.
Karena adanya perbedaan gejala dan karakteristik Autisme pada masing-masing anak, maka penting digarisbawahi bahwa bantuan pada anak dengan autisme harus diberikan secara individual. Masing-masing anak perlu dipahami kelebihan dan kesulitannya, barulah akan didesain bantuan pada masing-masing anak secara individual. Tidak ada satu program yang bisa dibuat untuk banyak anak dengan autisme. Berbagai disiplin ilmu dapat bekerjasama dalam memberikan layanan dan membentuk suatu program perawatan dan pendidikan anak dengan autisme. Oleh karena itu, berbagai pihak termasuk orang tua, tenaga kesehatan, sekolah serta masyarakat perlu bersama-sama bekerjasama untuk mendukung usaha perawatan dan mendukung perkembangan anak dengan autisme.
Referensi:
112.000 Anak Indonesia Diperkirakan Menyandang Autisme, Republika Online .
Handsout Workshop on Autism. Autism Association of Western Australia.
Sumber:
FB Emak Cibi
Edited by Mery
Tidak ada komentar:
Posting Komentar